Ditulis Oleh :
Firdaus Putra, HC
Direktur Kopkun Institute
SPEKTRUM isu
dan diskursus koperasi satu dekade terakhir lebih banyak bicara soal aspek
kelembagaan, legal, permodalan, organisasi gerakan serta kebijakan
perkoperasian. Seolah tidak ada perspektif baru melihat aktivitas
perkoperasian.
Banyak
diskusi dan seminar biasanya berujung pada kesimpulan klise, "peran
pemerintah perlu ditingkatkan", "kemandirian koperasi harus dibangun",
"koperasi butuh modal", "gerakan koperasi lemah" dan seterusnya.
Barulah
dua-tiga tahun terakhir mulai muncul spektrum warna lain seperti adopsi
teknologi digital oleh koperasi. Itupun dengan tingkat resonansi terbatas. Kita
perlu mencari perspektif baru untuk melihat geliat perkoperasian di Indonesia
dewasa ini. Tentu saja tujuannya agar praktik berkoperasi di tanah air lebih
segar dan menyegarkan.
Relevansi
Saya
sedang membaca 21 Lessons for the 21st Century karya Yuval Noah Harari. Ada
satu alenia yang mengusik dan saya ingin mengutipnya utuh.
"Miliaran
dari kita hampir tidak mampu untuk melakukan pengkajian/ penyelidikan, karena
kita memiliki banyak hal mendesak untuk dilakukan: kita harus pergi bekerja,
merawat anak-anak, atau merawat orang tua yang lanjut usia. Sayangnya, sejarah
tidak memberikan diskon. Jika masa depan umat manusia ditentukan dalam
ketiadaan Anda, karena Anda terlalu sibuk memberi makan dan pakaian kepada
anak-anak Anda, maka Anda dan mereka tidak akan dibebaskan dari konsekuensinya.
Ini sangat tidak adil; Tapi siapa bilang sejarah itu adil?"
Konteks
peringatan itu yakni soal dunia yang berubah, yang berbeda dengan epos zaman
sebelumnya. Untuk sederhananya kita sebut sebagai epos Revolusi Industri 4.0.
Kisah
Industri 4.0 itu sudah banyak yang mengulas; Soal kecerdasan buatan, otomasi
pekerjaan berbasis robot, internet of thing dan berbagai fitur-fitur
kecanggihan lainnya yang sebelumnya tak pernah hadir dalam keseharian.
Sayangnya,
kadang sebagian di antara kita melihat hal itu berada "di luar sana",
bukannya "di dalam sini". Padahal, kecanggihan itu, dalam taraf
rendah, sudah kita nikmati sehari-hari: kemudahan financial technology, aneka
aplikasi di ponsel pintar, smart watch yang hanya Rp 300.000 harganya, iklan
otomatis di media sosial kita. dan lain sebagainya.
Jadi,
hal-ihwal itu sudah terjadi "di dalam sini dan kini" dan tak menunggu
waktu lama untuk makin canggih dan massif. Lantas, dalam epos zaman baru itu,
apakah keberadaan koperasi tetap relevan? Di saat masyarakat sebagian besar
mulai mengenal e-wallet, cashless payment, dan sejenisnya. Atau pertanyaannya
kita ubah, bagaimana agar koperasi tetap relevan?
Jawaban
praktisnya tentu saja koperasi harus beradaptasi dengan zaman. Lantas apa dan
bagaimana sesungguhnya proses adaptasi itu bekerja? Apakah sekedar koperasi
mengubah sistem layanannya menjadi online? Menggunakan media sosial sebagai
channel pemasaran? Atau ada hal-hal lainnya yang harus dilakukan secara kontinyu?
Adaptasi
Menggunakan
istilah "adaptasi" mengandaikan membaca koperasi sebagai sebuah
entitas yang organis, alih-alih mekanis. Bila Anda ingin membelokkan bus yang
sedang melaju, cukup putar kemudi dan seluruh badan bus akan mengikuti. Itu
logika mekanis.
Hal
yang sama tak bisa diterapkan pada entitas organis yang di dalamnya memiliki
budaya organisasi/ kerja, seni kepemimpinan serta pengelolaan, perbedaan
kapasitas SDM dan hal-hal "lunak" lainnya. Alhasil, itu tak akan sesederhana
memutar kemudi bus.
Berbagai
agenda perubahan seringkali gagal dalam mengubah budaya organisasi serta
hal-hal di atas itu. Lebih sulit mengubah "yang lunak" daripada aspek
"yang keras". Dibutuhkan komitmen besar serta konsistensi agar
perubahan menjadi budaya baru; menjadi habitus baru; menjadi cara kerja baru.
Istilah
adaptasi sudah tepat untuk menggambarkan modus perubahan yang harus dilakukan.
Suatu perubahan yang dilakukan secara kontinyu dan di berbagai aspek secara
bersamaan. Mungkin ilustrasi yang tepat untuk itu adalah seperti musik orkestra
yang terdiri dari banyak alat dan pemain namun padu dalam harmoni.
Kita
tak bisa misalnya mengubah koperasi sekedar go online ketika gaya kepemimpinan
pengurus atau manajernya masih offline. Yang harus dilakukan adalah
mengorkestrasi perubahan di sisi tata kelola, kepemimpinan dan terakhir
teknologinya. Barulah kemudian koperasi tersebut benar-benar berada dalam
habitat online secara total, aspek hard dan soft-nya sekaligus.
Inovasi
Saya
berpikir bahwa adaptasi untuk bangun relevansi eksistensial itu dimungkinkan
melalui inovasi. Inovasi itu merujuk pada penggunaan cara/ metode/ proses baru
sehingga bisa membuat kita lebih produktif. Yang bila dikategorikan, ada yang
sifatnya rutin, perbaikan sampai yang radikal/ mendasar.
Modus
dasarnya adalah mengeksplorasi dan menyoba segala kemungkinan yang ada.
Sehingga kita dituntut berpikir ulang (rethinking) tentang yang sudah biasa
kita kerjakan.
Agenda
inovasi di koperasi bisa bekerja pada semua aspek. Mulai dimensi kelembagaan,
manajerial, strategi, kepemimpinan, SDM, produk, layanan, pemasaran, model
bisnis, proses kerja, model edukasi, teknologi, model pendampingan usaha
anggota, permodalan, peraturan dan aspek-aspek besar-kecil lainnya. Semua hal
itu bisa diinovasi tentu dengan pertimbangkan skala prioritas.
Koperasi
perlu melihat berbagai perubahan "yang di luar" itu sebagai tantangan
strategis. Kemudian menyusun peta jalan untuk lakukan inovasi di berbagai aspek
sehingga lebih siap.
Ada
satu contoh menarik bagaimana Koperasi Wanita di Jawa Timur akan gelar
lokakarya di bulan Maret mendatang untuk mengkaji model Tanggung Renteng (TR).
Sebabnya, banyak anggotanya sekarang sibuk bekerja dan sulit untuk hadiri
pertemuan kelompok TR.
Di sisi
lain, mereka melihat bahwa sebagian besar anggota memiliki smartphone. Mereka
sedang membayangkan mungkinkah model TR itu diinovasi sehingga menjawab
berbagai kendala dan tantangan di lapangan.
Contoh
yang lain misalnya sedang diuji coba salah satu koperasi di Purwokerto terkait
dengan pendampingan usaha anggota. Mereka melihat bahwa saat ini banyak
komunitas wirausaha dan juga grup Whatsapp bisnis. Belum lagi ditambah dengan
aneka forum jual beli di media sosial dan market place.
Mereka
sedang menyoba hal baru dengan pendekatan kolaboratif; Menghubungkan anggotanya
ke berbagai komunitas wirausaha dan berbagai platform digital. Itu berangkat
dari kesadaran bahwa koperasi adalah bagian dari ekosistem besar dan kolaborasi
multi pihak akan menjadi daya ungkit.
Tempo
lalu saya mengisi kuliah online di gerakan koperasi Kalimantan Timur.
Difasilitasi oleh Aktivator Koperasi/ PPKL, saya memberi kuliah selama dua jam.
Caranya sederhana lewat grup Whatsapp. Inovasi sederhana itu sudah bisa
memangkas biaya, dibanding menerbangkan saya dari Purwokerto ke sana. Itu
contoh sederhana yang solutif.
Yang
ingin saya tunjukkan adalah berbagai inovasi dapat dilakukan pada aspek dan
skala yang berbeda-beda. Bahwa ada cara lain yang bisa dilakukan bila kita jeli
melihatnya. Bahkan sebagai pengurus/ manajer, Anda tak perlu mengada-ada untuk
membuat suatu inovasi. Cukup lempar masalah itu ke seluruh staf dan mintalah
mereka berpikir.
Dari
sana, brainstorming cerdas akan muncul, sebab mereka mengalami kendala/ masalah
secara langsung.
Bayangkan
Anda sudah duduk lama di kursi kerja. Maka Anda perlu bangkit dan
menggerak-gerakkan badan agar tetap segar. Persis seperti itulah yang terjadi
di koperasi saat ini. Inovasi skala kecil atau besar, sama halnya lakukan
peregangan otot untuk menjaga badan tetap segar. Apa yang sudah menjadi as
usual business, perlu disegarkan kembali.
Beda
cerita bila Anda memilih bangkit dari kursi dan lantas lari, itu bisa berakibat
fatal. Sebabnya, vitalitas Anda belum optimal, nafas Anda masih pendek,
otot-otot belum siap dan peredaran darah belum juga lancar. Sama halnya tanpa
persiapan yang cukup, dari segi soft dan hard, koperasi masuki epos Industri
4.0. Hasilnya bisa fatal.
Salah
satu gerakan koperasi yang paham persis pentingnya inovasi adalah Credit Union/
Koperasi Kredit. Dulu pilar pembangunan Credit Union itu hanya tiga:
Pendidikan, Solidaritas dan Swadaya. Namun tahun 2012 ditambah satu pilar lagi
yakni Inovasi.
Sampai
kemudian empat pilar itu diinovasi kembali pada tahun 2017 ditambah dengan
Persatuan dalam keragaman, jadilah lima pilar. Itu memperlihatkan bagaimana
Credit Union di Indonesia begitu inovatif.
Jadi,
bila sejak lima tahun lalu sampai sekarang koperasi Anda begitu-begitu saja,
saatnya regangkan otot. Di depan sana, tantangan lebih besar sudah menunggu.
Mulailah inovasi dari yang kecil/ mudah untuk bangun keyakinan bahwa perubahan
itu mungkin dilakukan. Tak perlu menunggu waktu dan klise "bila kami sudah
siap", mulailah sekarang juga. Sebab, sejarah tidak memberi diskon!
Sumber : Kompas.com
DIRANGKUM DARI “Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesiaâ€
Ada 8 Prinsip Pinjaman yang bertanggungjawab
Koperasi sebagai organisasi Sosio-Ekonomi sebenarnya memiliki posisi yang sangat strategis dalam perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Jargon koperasi yang sudah sama-sama kita ketahui “ bekerjasama, bergotong royong dan saling tolong menolong, untuk mencapai kemajuan bersama
Di era internet ini, kanal pinjaman semakin banyak tersedia. Bila dahulu, kita hanya mengenal bank, lembaga pembiayaan (multifinance), koperasi, maka di era internet ini kita mengenal Peer to Peer Lending, fintech lender, fintech aggregator, sampai rentenir online.
Jl. Raya Ciamis Cirebon No.2, Ds. Cingambul, Kec. Cingambul, Majalengka
Jl Jendral Soedirman No. 64 Ds. Babakansari Bantarujeg Majalengka
Jl.Raya Cugenang No.37 Cianjur
Konsultasi Ekonomi Syariah bersama DPS GAKOPSYAH Klik Disini
Lihat Semua KonsultasiPembukaan dan pembekalan Tgl 18 September 2023 Via Zoom Kursus Online Tgl 18-25 September 2023 (Fleksibel) Pelatihan Offline Tgl 26 September 2023 Lokasi Bandung Uji Kompetensi Tgl 27 September 2023 Lokasi bandung
Kota | Koreksi (menit) | Kota | Koreksi (menit) |
---|---|---|---|
Banjar | - 3 | Bekasi | + 3 |
Bogor | + 3 | Ciamis | - 3 |
Cianjur | + 2 | Pangandaran | - 3 |
Cirebon | - 3 | Depok | + 3 |
Garut | - 1 | Indramayu | - 3 |
Karawang | + 2 | Kuningan | - 3 |
Majalengka | - 2 | Purwakarta | + 1 |
Subang | - 1 | Sukabumi | + 3 |
Sumedang | - 1 | Tasikmalaya | - 2 |
Copyright 2017, GAKOPSYAH JAWA BARAT.