REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Utang, acap kali
menjadi cara satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat mendesak.
Berutang juga merupakan jalan yang kerap di tempuh orang untuk menutupi hasrat
dan ambisi duniawi seseorang. Ber utang memang pada dasarnya di perbolehkan.
Tetapi, jika tidak pan dai-pandai mengelola utang, tak mustahil justru akan
berubah bak momok sepanjang hayatnya.
Syekh Yahya bin Musa az- Zahrani dalam
risalahnya bertajuk Ad- Dain bain Al-Masyru’ wa Al- Mamnu’ mengatakan, sekalipun
utang diperbolehkan, tetapi sejatinya utang yang tidak dikelola secara disiplin
akan mendatangkan kecemasan yang luar biasa. Ini pernah terjadi, konon pada
zaman Rasulullah SAW.
Ketika itu, Rasul pernah bertemu dengan Abu
Umamah yang tengah duduk sendirian dan termenung di masjid. Padahal, waktu itu
bukan masa pelaksanaan shalat. Raut mukanya tam pak kusut. Melihat gelagatnya
itu, Rasul bertanya, ada apa gerangan? Abu Amamah menjawab, utang telah
melilitnya.
Utang pula yang sering membuat malu bertemu dengan
si pemberi utang. Adalah Qais bin Saad bin Ubadah. Ia terkenal dengan kebaikan
dan kedermawannya. Suka menolong dan memberikan utang kepada para tetangga dan
sahabatnya. Ketika ia jatuh sakit, tak satupun yang bergegas menjenguknya.
Usut punya usut, mereka malu bertemu dengan si
Qais lantaran belum menunaikan utang mereka. Mendengar hal itu, Qais
terheran-heran, ia tidak pernah memikirkan hartanya. “Saya bebaskan utang
kalian,†kata Qais. Detik itu juga, pintu rumahnya tak pernah tertutup dari
para penjenguk.
Itulah, kata Syekh Yahya, contoh dari dampak negatif berutang.
Ada beberapa efek negatif berutang, pertama, perasaan cemas dan takut. Hal ini
pernah ditegaskan dalam hadis Uqbah bin Amir. Rasul mengingatkan, jangan sampai
diri seseorang kembali terkungkung rasa takut dalam kondisi yang aman. Apakah
itu, tanya para sahabat. “(Jeratan) utang,†titah Rasul.
Berutang, lanjut Syekh Yahya, bisa mendorong pengutang berkata bohong.
Ini dilakukan menyusul belum adanya kemampuan membayar ataupun karena alasan lain.
Saat pembayaran utang jatuh tempo, ada saja dorongan untuk mangkir dari
membayar atau minimal mengulur waktu. Itu semua dilakukan dengan berbohong.
Sebuah hadis dari Aisyah menyebut kan, Rasul sering menyerukan
dan meneladankan agar berdoa dari jeratan utang-piutang. Ini lantaran, acap
kali orang yang berutang itu berbohong. “Jika ia berutang, ucapannya kerap
dusta dan janjinya sering tak ditepati,†sabda Rasul.
Dan celakanya, ujar Syekh Yahya, utang bisa mengurangi pahala seseorang
kelak di akhirat. Sebuah hadis menyebut, ada dua kategori orang yang berutang,
pertama, yang bersangkutan meninggal dunia dan ber niat membayarnya. Allah SWT
akan menjadi penanggungnya kelak di akhirat. Kedua, orang berutang lalu
meninggal sementara ia memang tidak berniat menunaikannya. Jika demikian, tiap
kebaikannya kelak diambil untuk menutupi utang-utangnya tersebut.
Syekh Yahya pun lantas berbagi kiat-kiat agar
seseorang bisa segera terbebas dari utangnya. Hal yang pertama ia tekankan
ialah niat. Para pengutang, hendaknya, sedari awal memiliki iktikad baik untuk
membayar segala utang nya kepada pihak kedua. Sejauh manakah kesungguhan
niatnya tersebut akan turut menentukan kelancaran rezekinya.
Hadis dari Abu Hurairah menegaskan itu. “Barang
siapa yang berurusan dengan harta orang lain lalu ingin segera mengembalikanya,
maka Allah akan membantunya. Jika ia berniat menghilangkannya, maka Allah akan
binasakan.â€
Bila ada kelapangan rezeki dan kemampuan
membayar utang, segeralah menunaikan utangnya itu. Dahulukan utang dari segala
tanggungan. Tak ada yang bisa menjamin kapankah ajal akan lekat di kandung
badang. Maka, jangan lagi menunda membayar utang. Rasul di hadis Abu Hurairah,
menyatakan, se andainya memiliki emas sebesar Gunung Uhud, sebelum lewat tiga
hari, utang dulu yang mesti dibayar. Langkah ini mesti didukung dengan
perencanaan keuangan yang baik.
Utamakan kebutuhan primer, dalam konteks ini,
membayar utang. Jangan dahulukan keperluan sekunder saat ada keleluasaan
rezeki. Bersabarlah. Terakhir kali, Syekh Yahya mengingatkan supaya tetap
memanjatkan doa. Kekuatan doa, bagaimanapun tak pernah terukur. Doa akan selalu
melibatkan “sentuhan tangan-Nya.â€
Rasul mengajarkan sejumlah doa agar mempermudah
terlepas dari utang. Doa itu, antara lain, â€Ya Allah, cukupkanlah harta halal
dari yang haram, dan jadikanlah aku kaya dengan karunia-Mu dari selain-Mu.†Di
kisah Abu Umamah, Rasul berbagi tips doa terbebas utang, yakni mengucapkan doa
yang cukup panjang di tiap pagi dan sore hari. Potongan doa itu ialah, “Ya
Allah aku berlindung kepada-Mu dari jeratan utang.â€
‘Hai anakku, Sesunguhnya, aku merasa bahwa aku akan dibunuh pada hari ini sebagai seorang yang dizalimi. Sesungguhnya salah satu kesusahanku yang terbesar adalah hutangku. Apakah engkau menyangka bahwa hutangku masih menyisakan harta walau sedikit?’
Gabungan Koperasi Syariah (Gakopsyah) merupakan sebuah organisasi yang berfokus pada pengembangan koperasi syariah di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Gakopsyah untuk memperkuat kelembagaan koperasi syariah adalah dengan menyelenggarakan sertifikasi pengawas.
Bapak Prof. Andang menyampaikan satu hal yang menarik, yaitu rumusan kunci sukses dalam berkoperasi. Rumus beliau sampaikan adalah K4=M4K4. Apa itu K4, K4 adalah singkatan dari Kemajuan Keberhasilan dan Keberkahan Koperasi. K4 ditentukan oleh M4 dan K4.
Suksesnya suatu Koperasi harus diukur dari tingkat kesejahteraan anggotanya, bukan seberapa besar lembaganya, bukan seberapa besar asset lembaganya, bukan seberapa sejahtera karyawannya. Dalam koperasi itu terdapat “perusahaan koperasi†sebagai konsekuensinya, maka tujuan koperasi yang paling u
Jl. Otto Iskandardinata No. 39 Ciamis
Jl,Pamekar Raya no.69 Bandung
Jl H Sara RT 02/10 No. 01 Kel Cimpaeun Kec Tapos Depok
Konsultasi Ekonomi Syariah bersama DPS GAKOPSYAH Klik Disini
Lihat Semua KonsultasiPembukaan dan pembekalan Tgl 18 September 2023 Via Zoom Kursus Online Tgl 18-25 September 2023 (Fleksibel) Pelatihan Offline Tgl 26 September 2023 Lokasi Bandung Uji Kompetensi Tgl 27 September 2023 Lokasi bandung
Kota | Koreksi (menit) | Kota | Koreksi (menit) |
---|---|---|---|
Banjar | - 3 | Bekasi | + 3 |
Bogor | + 3 | Ciamis | - 3 |
Cianjur | + 2 | Pangandaran | - 3 |
Cirebon | - 3 | Depok | + 3 |
Garut | - 1 | Indramayu | - 3 |
Karawang | + 2 | Kuningan | - 3 |
Majalengka | - 2 | Purwakarta | + 1 |
Subang | - 1 | Sukabumi | + 3 |
Sumedang | - 1 | Tasikmalaya | - 2 |
Copyright 2017, GAKOPSYAH JAWA BARAT.